Site icon arthanugraha.com

Adenose Triposphat (ATP)

Adenose Triposphat (ATP), apakah itu?

Dalam situs websitenya Merpati Putih, menyatakan :

“Dalam teori listrik, kekurangan satu elektron dari satu atom akan menimbulkan gaya listrik. Ketika kita menghirup napas yang kemudian ditahan, akan terjadi pula kekurangan zat asam. Pada saat berlangsung kekurangan ini, timbul suatu zat baru yang sangat aktif untuk membantu mempercepat pengulangan peristiwa kimiawi tadi. Zat ini dikenal sebagai Adenose Triposphat atau disingkat ATP. Tenaga yang ditimbulkan ATP ini adalah 5 kali tenaga yang dihasilkan oleh peristiwa oksidasi itu sendiri.”

Ditambahkan pula disitus tersebut bahwa :

“Untuk mendapatkan ATP diperlukan syarat-syarat, seperti penegangan otot, kemudian digabungkan dengan kemampuan psikis dan biologis. Kalau proses oksidasi terus berulang dengan cepat maka akan timbul getaran. Getaran bisa ditingkatkan frequensinya bila kita mengenal ciri-cirinya. Teknik getaran inilah yang dimanfaatkan Merpati Putih untuk memecahkan benda-benda keras seperti balok es, batang pompa dragon, beton cor, kikir atau per mobil.getaran. Getaran bisa ditingkatkan frequensinya bila kita mengenal ciri-cirinya.”

Apakah penjelasan ini logis?

dulu pada saat saya mengikuti bela diri ini, terminologi ilmiah mengenai getaran belum pernah disampaikan oleh mas pelatih, apakah mungkin pada saat itu saya masih kecil (smp), entahlah. Mungkin saja ini sudah menjadi diskusi bagi mas-mas di MP.

Fenomena memecahkan benda-benda keras dan penguatan insting (bisa berjalan dengan mata tertutup), pada awalnya sangat sulit dijelaskan secara ilmiah. Saat itu, kami hanya mengikuti segala instruksi dengan segala bentuk gerakan dan olah nafas.

Hebatnya lagi, menurut saya MP sangat empiris dalam memperhitungkan suatu proses.
Pada awal masuk, kami harus menjalani suatu tes dengan pengukuran waktu (lari 1 kali lapangan bola, sit up, dan yang lain saya lupa).
Setelah 3 bulan dilakukan pengukuran kembali (luar biasa).

Maka tidak heran, ketika MP mencetuskan secara ilmiah, bagaimana getaran itu diperoleh, sungguh mengundang ketertarikan untuk pengujian ilmiah yang lebih lanjut.

Pada saat saya masih kelas 3 SMP, saya sudah bisa memecahkan balok es, kikir dan pompa dragon. Menurut saya itu suatu hal yang mustahil, tetapi pada saat itu, ketika tangan terayun, dan membentur benda-benda itu, tidak sedikitpun saya merasakan sakit, kekuatan yang luar biasa.

Sampai saat ini, sebetulnya saya masih memakai cara ini untuk menghadapi sesuatu yang berubah sangat ekstrim seperti perubahan cuaca misalnya. Terkadang saya masih mampu mengendalikan dinginnya udara misalnya.

Hanya semua itu perlu latihan kembali.

Exit mobile version