Begitu tegarnya dirimu, berangkat dari rumah menyeruak bersama istri dan anak yang tertinggal di rumah. dan nafas adalah doa.
Sebentar lagi tiba di tempat kerja. Apa yang terpikirkan pada hari itu adalah bekerja, berdiri menantang waktu, tapi apa itu yang sudah dilakukan. Apa adanya diriku berjalan bersama tempat aku menginjakkan kaki. Untuk apa tangan menggenggam erat dan berpeluh dengan hari.
Pada suatu saat mimpi-mimpi itu datang. Jauh sangat dari kenyataan bahkan juga harapan. Hidup itu berjuang bersama debu-debu di jalan yang mengkristal menjadi berlian. Hujan menjadi sama dengan harapan dan bencana sekaligus.
Manusia berdiri di atas tanah, menghirup udara, bermain dengan daun-daun hijau, menatap langit, suara-suara kendaraan. Semua itu harmoni yang tidak pernah terlupakan.