Site icon arthanugraha.com

Gowes Sejarah di Jembatan Porong Sidoarjo

Hobiku adalah gowes. Setiap akhir pekan aku sempatin untuk gowes. Terkadang hanya berkeliling sekitar kota saja, terkadang juga sampai ke tempat yang jauh. Biasanya aku gowes sendirian aja. Bukannya aku gak suka kalau gowes bareng-bareng. Hanya kadang ngepasin waktunya dengan teman yang lain yang agak susah.

Aku sudah persiapkan sepedaku dari semalaman. Kedua ban sudah aku pasang (aku terbiasa melepas ban sepeda kalau sedang tidak dipakai), botol air minum sudah aku isi, helm lengkap dengan sarung tangan juga sudah disiapkan. Tidak lupa juga jersey dan celana sepeda. Aku berencana memakai jersey sepeda Xtrada yang berwarna kuning.

Jam tiga pagi aku sudah bangun. Aku segera bersiap dan kurang lebih pukul setengah empat aku sudah mengayuh sepedanya.

Sepanjang perjalanan pagi ini sebetulnya sudah tampak ramai kendaraan. Mungkin juga karena sudah banyak yang memulai aktifitasnya, hanya masih belum tampak yang bersepeda.

Ketika melewati daerah terdampak lumpur panas, aku sempatin dulu foto di depan salah satu pintu masuknya. Tahun 2007-an aku sempat mengunjungi tempat ini ketika kakakku datang ke Surabaya. Waktu itu bingung mau ke mana ajak kakakku yang dari kalimantan ini. Ya sudahlah ajak ke wisata lumpur aja lah. Dan pada saat itu memang lagi hangat-hangatnya bencana lumpur.

Gagal ke Gua Jepang

Awalnya aku berencana untuk gowes ke goa Jepang Kejapanan, ternyata waktunya gak keburu karena aku harus sampai rumah lagi pukul enam pagi untuk persiapan kerja.

Okelah, hari ini gagal untuk berangkat gowes ke gua Jepang. Sampai di daerah Porong aku sudah berencana akan memutar begitu sampai pertigaan jalan yang menuju Gempol. Namun ternyata pesona jembatan Porong ini begitu menarik perhatianku. Aku tertarik dengan foto jembatan kereta api yang melintasi sungai Porong dengan latar belakang matahari yang sedang terbit. Okelah, hari ini aku akan mencoba mengulas lebih lanjut mengenai sejarah di jembatan Porong Sidoarjo.

Latar Belakang Jembatan Rel Kereta Api

Waktu menunjukkan pukul 4.45. Akhirnya aku berhentikan sepeda dan mengambil beberapa foto dari atas jembatan.

Tidak berhenti hanya mengambil foto dari sisi arah ke Pasuruan, ketika berbalik menuju ke arah Sidoarjo aku juga mengambil beberapa gambar.

Ada beberapa bangunan toko yang tampaknya ditinggalkan dan tidak ditempati, mungkinkan karena dampak dari bencana lumpur? Aku belum tahu secara pasti. Namun yang menarik adalah ada beberapa bangunan yang tua, bahkan mungkin bernilai sejarah. Misalnya saja bangunan bergaya eropa, ataupun salah satu bangunan berasitektur pecinan yang aku temuin.

Jembatan Porong Bagian Dari Sejarah

Kalau mengulas lebih jauh lagi, memang Porong dengan sungai Porong yang melintasinya adalah bagian dari sejarah, tidak hanya sejarah kota Sidoarjo tetapi juga sejarah Indonesia.

Sejarah pernah mencatat bahwa di daerah sekitaran Porong ini adalah bagian dari cerita kerajaan di Indonesia. Sungai Porong yang merupakan penyambung dari sungai Brantas menjadikannya sebagai poros utama dalam cerita sejarah. Dalam artikel yang menjelaskan tentang sejarah Sidoarjo ini, disebutkan paling tidak tercatat ada empat kerajaan yang berlokasi di wilayah delta Brantas, yakni Medang, Kahuripan, Jenggala dan Majapahit dan keempat kerajaan tersebut menggunakan sungai Brantas yang alirannya hingga sungai Porong untuk beraktifitas.

Selanjutnya Belanda juga memanfaatkan sungai Porong ini sebagai pengairan untuk kebun-kebun tebu mereka, bahkan Belanda sempat merubah aliran sungai Porong dengan membuka kanal baru. Berikut adalah catatan mengenai perubahan aliran sungai Porong oleh Belanda.

Sayangnya aku tidak menemukan kapan pastinya jembatan Porong yang melintasi di atas sungai Porong ini dibangun. Hanya beberapa referensi dari artikel website yang mengatakan bahwa jembatan Porong dibangun oleh Belanda pada tahun 1920. Saya juga menemukan foto dari artikel berikut yang menggambarkan kondisi jembatan Porong pada tahun 1925.

Cerita Sedih dari sungai Porong

Pada saat aku kuliah dulu, salah satu dosen saya adalah anak salah satu komandan Brimob Porong. Memang dahulu di Porong ini ada markas Brimob, namun saat ini sudah dialihfungsikan menjadi Pusat Pendidikan Sabhara.

Dosenku bercerita, ketika tahun 1965-an yang kita tahu bahwa di tahun tersebut ada salah satu peristiwa besar yaitu pemberontakan PKI. Nah pada saat itu, sungai Porong berubah warnanya menjadi merah. Hal ini disebabkan karena banyak mayat yang dibuang di sungai tersebut.

Namun cerita kesedihan ini juga sebetulnya masih berlanjut hingga saat ini. Namun dengan cerita yang berbeda. Jika dahulu sungai Porong berwarna merah karena darah, namun saat ini sungai Porong mengalami pendangkalan karena lumpur yang dibuang dan dialirkan ke sungai Porong.

Pendangkalan Sungai Porong

Padahal sungai Porong ini juga menjadi muara dari sungai besar Brantas menuju ke laut. Bisa jadi tragedi banjir yang terjadi di beberapa daerah aliran sungai Brantas juga disebabkan oleh pendangkalan sungai Porong.

Aliran Sungai Brantas ke Sungai Porong

Sidoarjo kaya Akan Sejarah

Dari cerita tentang jembatan Porong ini kita jadi tahu bahwa Sidoarjo ini kaya akan sejarah yang bisa digali lebih lanjut. Hal ini membuktikan bahwa wilayah Sidoarjo menjadi lokasi yang strategis dan menjadi lokasi pilihan semenjak jaman kerajaan. Namun sayangnya, potensi sejarah di Sidoarjo masih belum dikelola dengan baik.

Baiklah, ini ceritaku tentang Sejarah di jembatan Porong Sidoarjo. Pada kesempatan lain aku akan gowes juga ke tempat bersejarah Sidoarjo lainnya. Jika kamu ada usulan tempat bersejarah mana yang bisa aku kunjungi, silahkan menulis komentar di bawah ini.

Exit mobile version