disadur dari swa.co.id
Reni Sitawati Siregar merintis usahanya sebagai pedagang telepon seluler ketika mengawali bisnis PT Nusantara Card Semesta (NCS). Dia pada 1995 dipercaya sebagai agen resmi penjualan (authorized sales agent) telepon seluler Motorola dan pager Indolink. Reni mampu menjaring keuntungan Rp 500 ribu per unit dari hasil penjualan handphone Motorola dan pager Indolink tersebut. Dompet Reni semakin tebal dari keuntungan yang diperolehnya itu.
Panji bisnis NCS semakin berkibar di tahun-tahun berikutnya. Pada masa itu, masyarakat sangat menggemari handphone dan pager. Kedua gawai (gadget) tersebut merupakan salah satu simbol status sosial. “Jadi, starting awal bisnis NCS itu bukan langsung fokus ke bisnis logistik,” kata Reni. Ia memutar keuntungan dari bisnis itu untuk memodali bisnis jasa pengiriman dokumen dan logistik.
NCS saat itu didesain Reni untuk menggarap bisnis logistik. Salah satu kliennya saat itu adalah Bank Maybank Indonesia (dulu BII). “Salah satu bank yang menjadi klien NCS adalah BII sekarang Bank Maybank Indonesia,” jelas Reni. Ketika itu, NCS hanya memiliki lima orang kurir. Tugas NCS adalah menyortir dan mengirim dokumen pengajuan kartu kredit nasabah bank tersebut.Perlahan-lahan bisnis NCS melejit. ”Saya kemudian mulai melihat di antara unit bisnis-bisnis itu mana yang kuat pertumbuhannya,” tandas pengusaha yang sehari-hari mengenakan hijab ini.
Kembali ke bisnis handphone, bisnis NCS sempat mengalami turbulensi yang mengkhawatirkan masa depan perusahaan. Menurut Reni, harga jual telepon genggam menukik tajam di tahun 1997. Itu terjadi karena produk selundupan membanjiri sentra-sentara penjualan telepon seluler. Untung saja strategi bisnis NCS yang didesain Reni bisa menyelamatkan NCS dari jurang kebangkrutan. Reni menerapkan strtaegi dua kaki alias melakoni lebih dari satu unit bisnis, yaitu bisnis logitik dan gadget. Tampaknya bisnis logistik memberikan masa depan yang cerah bagi laju bisnis NCS.
Maka, alumnus S-1 Manajemen dari STIE Widya Persada, Jakarta ini memfokuskan diri untuk memantapkan posisinya di bisnis tersebut. Titik balik NCS, menurut Reni, dialami pada awal tahun 2000-an ketika memenangi tender dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengelola dokumen. Ia menjaga amanah yang diberikan oleh lembaga anti rasuah ini. Reputasi NCS semakin kinclong sejak menangani KPK semakin melejit. NCS pun dilirik lembaga pemerintah. “Kami adalah perusahaan yang mematuhi prinsip GCG dan sampai saat ini masih dipercaya KPK. Sejak saat itu, klien dari pemerintah semakin bertambah seperti Kementerian Agama untuk warehousing Al-Qur’an, BPJS dan baru-baru ini memenangkan tender di Dirjen Pajak,” tutur CEO NCS yang gemar membaca buku ini.
Kini, bisnis jasa kurir NCS semakin menonjol dari periode sebelumnya itu. NCS boleh dikatakan sebagai salah satu perusahaan yang mumpuni di sektornya. Reni mengklaim sekitar 90% bank dan perusahaan asuransi yang beroperasi di Jakarta berhasil digaetnya sebagai pelanggan loyal NCS. Perusahaan itu diantaranya BCA, BNI, Bank Mandiri, Maybank Indonesia, Citibank, Bank Permata, BRI, serta Bank Bukopin. BCA merupakan klien terbesar NCS.
Jasa yang diberikan NCS adalah logistik, pergudangan, distribusi, pengiriman kargo, kurir, dan mailroom management. “Rata-rata omzet kami dalam setahun sekitar 15% hingga 20%. Ke depannya kami ingin omzet bisa naik 20% per tahunnya,” ucap Reni dengan nada optimistis. Pembangunan infrastruktur nantinya akan mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan jasa kurir dan logistik. Pertumbuhan bisnis perusahaan yang bermarkas di kawasan Slipi, Jakarta Barat ini ditunjang pula oleh jumlah pegawainya sebanyak 2.400 orang. Dari jumlah total itu, sekitar 1.800 diantaranya adalah tenaga kurir yang tersebar di 465 kantor cabang NCS. Perusahaan ini juga mempekerjakan kurir dari berbagai perusahaan yang diperbantukan ke NCS.
Sebelum bisnisnya menggelindung mulus, Reni menghadapi dinamika bisnis yang berliku. Tak mau menyerah hanya karena bermodal cekak, dia menggunakan berbagai jurus dalam menaklukan tantangan bisnis. “Modal kecil sekali, sekitar Rp 11 juta. Jadi, modal saya waktu itu adalah kepercayaan, skill sales, dan menjual konsep,” ia mengenang masa-masa awal mendirikan NCS.
Salah satu triknya adalah melakukan pendekatan feminim dalam melayani kliennya agar menumbuhkan kepercayaan sekaligus reputasi perusahaanya. “Ini ‘kan bisnis jasa layanan yang paling cocok dikelola dengan pendekatan feminim,” urai pengusaha yang rajin mengaji Al-Qur’an ini. Nah, pendekatan ini juga diterapkannya saat dipercaya menjadi agen resmi penjualan produk elektronik. Di tahun pertama NCS beroperasi, Reni menuturkan menggarap bisnis lainnya guna menghimpun modal serta memumpuk kepercayaan para pelaku usaha.
Kendati bisnis NCS menggelinding mulus, Reni terus berinovasi agar NCS tidak terlindas roda zaman. “Karena gelombang bisnis tidak pernah reda dan kami harus berinovasi,” tukas ibu dari satu anak ini. Contohnya NCS di tahun 2005 meluncurkan layanan mailroom management guna mengantisipasi penurunan bisnis yang diakibatkan perubahan tren perbankan menggunakan dokumen elektronik (e-statement).
Ia mengatakan layanan itu menyediakan jasa menajamen dokumen bagi perusahaan di sektor telekomunikasi, minyak dan gas, perbankan, asuransi, dan telekomunikasi. Klien terbesar mailroom management NCS adalah perusahaan perbankan dan asuransi. “Kami juga menggarap layanan kurir dan logistik untuk perusahaan e-commerce sejak September 2015,” ucap wanita yang hobi jalan-jalan ini. Blibli.com, Lazada, Berrybenka, dan Bilna tercatat sebagai pelanggan tetap NCS.
Inovasi Digital
Inovasi layanan dan cepat beradaptasi membuat NCS dipercaya oleh perusahaan kakap dalam 20 tahun terakhir ini. Klien-klien NCS, Reni menuturkan, rutin mengaudit perusahaanya setiap tiga bulan sekali. Hasil audit selalu memuaskan kliennya dan NCS semakin menancapkan kepercayaan dan reputasinya. “Kuncinya how to knowing the customers,” tandasnya. Untuk itu, NCS di tahun 2013 mengubah proses kerja kurir dari manual ke layanan digital yang bisa diakses lewat aplikasi berbasis androin di telepon cerdas.
Digitalisasi NCS yang telah diimplementasikan, misalnya pelanggan sudah bisa menandatangani berita acara pengiriman di smartphonekurir NCS apabila kiriman paket sudah diterima konsumen. “Sekitar 1.600 kurir sudah mengaplikasikan sistem android dan sisanya sekitar 200 kurir sedang dilatih untuk menggunakannya. Kami berharap ke depannya aplikasi ini digunakan agen-agen di tingkat kecamatan di seluruh Indonesia,” harapnya. Digitalisasi adalah upaya Reni mendongkrak merek perusahaanya di mata konsumen. Proses digitalisasi akan rampung pada 2016-2017. Pusat data sudah tersedia di kantor NCS. Pengembangan ini adalah bagian dari ekspansi bisnis untuk menggarap sektor ritel.
Selama ini, NCS lebih banyak menggarap klien korporat. Sebagai nakhoda perusahaan, Reni intensif menjalin komunikasi dengan setiap pegawainya dari lintas jabatan. Ia bergabung di grup whatsapp yang anggotanya terdiri dari kurir hingga manajer. Media komunikasi ini menjadi sarana untuk menggali ide bahkan menerima kritikan yang konstruktif. “Saya menerima kritikan dan ide yang baru. Saya fast learning dan mau belajar ke karyawan dan teman-teman,” tegasnya. (***)
sumber: http://swa.co.id/entrepreneur/mantan-pedagang-handphone-ini-sukses-berbisnis-logistik