Site icon arthanugraha.com

Mengapa Onshore Receiving Facility Sering Jadi Bottleneck Proyek Energi?

Onshore Receiving Facility

Dalam proyek energi skala besar, terutama yang melibatkan gas alam cair (LNG), perhatian publik dan investor biasanya tertuju pada fasilitas megah: kapal FSRU (Floating Storage and Regasification Unit).

Namun, titik yang paling sering menyebabkan keterlambatan, pembengkakan biaya, dan kegagalan jadwal bukanlah kapal raksasa di laut, melainkan sebuah fasilitas kecil di darat yang disebut Onshore Receiving Facility (ORF).

Fungsi Krusial ORF (Onshore Receiving Facility)

Untuk memahami kerentanan ORF, kita harus memahami fungsinya sebagai titik transisi. ORF adalah fasilitas darat yang bertugas menerima gas alam yang sudah diregasifikasi dari sumber lepas pantai (seperti FSRU).

Setelah gas berada dalam wujud gas, ORF menjalankan tiga fungsi vital:

3 Hambatan Utama yang Memicu Bottleneck Proyek

Berbeda dengan FSRU yang proses konstruksinya terjadi di galangan kapal, ORF harus dibangun di darat, di mana ia bersentuhan langsung dengan isu-isu non-teknis yang paling rumit.

1. Komplikasi Lahan dan Perizinan Multijurisdiksi

Ini adalah sumber penundaan terbesar. Karena ORF harus berada di darat, proyek harus melalui proses pembebasan lahan yang rumit, yang seringkali memicu konflik sosial dan negosiasi berlarut-larut.

Selain itu, ORF memerlukan izin multijurisdiksi dari berbagai lembaga. Keterlambatan pada satu izin saja dapat menunda seluruh proyek selama berbulan-bulan, menyebabkan penalti besar dan pembengkakan biaya.

2. Tantangan Integrasi Fisik dan Teknis

ORF adalah titik penyambungan yang menghubungkan sistem baru (pipa lepas pantai bertekanan sangat tinggi) dengan jaringan pipa lama di darat (tekanan lebih rendah). Tantangan teknisnya meliputi:

Kegagalan dalam kalibrasi pengukuran atau pengaturan tekanan dapat merusak jaringan darat dan menciptakan bahaya keselamatan.

3. Keterlambatan Komponen Khusus (Long-Lead Items)

Meskipun ORF secara fisik kecil, ia berisi peralatan yang sangat terspesialisasi, seperti high-pressure regulating valves dan custody transfer metering skids (alat pengukuran komersial).

Komponen-komponen ini tidak tersedia di pasaran dan harus dibuat sesuai pesanan (custom-made). Waktu tunggu (lead time) untuk komponen ini bisa mencapai 12 hingga 18 bulan.

Kesalahan spesifikasi kecil dalam perencanaan atau keterlambatan produksi pada vendor dapat menahan penyelesaian ORF, yang pada akhirnya menunda keseluruhan pengiriman gas dari FSRU.

Mengapa Kegagalan ORF Menghentikan Seluruh Rantai Pasok?

ORF berfungsi sebagai titik kegagalan tunggal (single point of failure) dalam rantai pasok LNG.Seluruh rantai pasok LNG dirancang untuk beroperasi secara berkesinambungan. Kapal FSRU atau terminal regasifikasi tidak dapat menyimpan gas tanpa batas.

Begitu FSRU meregasifikasi LNG cair, gas itu harus segera didorong ke jaringan darat melalui ORF. Jika ORF tidak selesai tepat waktu atau mengalami masalah teknis yang memaksanya ditutup, maka FSRU tidak dapat mengirim gas, yang berarti FSRU harus menghentikan proses regasifikasi dan terpaksa membuang gas (venting) atau membakar gas (flaring).

Kegagalan kecil di fasilitas darat yang kecil ini dapat menghentikan pengoperasian fasilitas terapung senilai miliaran dolar di laut, menyebabkan kerugian besar.

Strategi Mitigasi untuk Memperlancar ORF

Mengatasi bottleneck ORF memerlukan pendekatan yang proaktif dan terintegrasi:

Dalam konteks operasional yang dikelola oleh PGN LNG Indonesia, strategi mitigasi bottleneck di Onshore Receiving Facility (ORF) sangat krusial guna memastikan kelancaran alur regasifikasi dan distribusi gas.

PGN LNG Indonesia telah berpengalaman dalam mengintegrasikan fasilitas FSRU dengan ORF, seperti pada proyek FSRU Lampung yang terhubung langsung ke jaringan pipa nasional.Dengan menerapkan perencanaan lahan yang matang, bekerja sama dengan konsultan lokal yang memahami aspek regulasi, dan mengamankan kontrak komponen kritis sejak awal, PGN LNG Indonesia mampu meminimalkan hambatan konstruksi dan operasional di tahap awal proyek.

Exit mobile version