Bagi warga semarang, pasar johar adalah sebagai icon dan tetenger yang menandai kota Semarang. Saya sendiri pernah mengunjungi pada saat menginap di hotel Metro yang terletak persis di sebelah pasar ini. Berita mengenai pasar Johar Semarang terbakar kembali ini tentu sangat mengejutkan. Sebab di medio mei 2015, pasar Johar ini juga pernah terbakar hebat. Atensi yang besar pun ditunjukkan oleh pemimpin daerah propinsi Jawa Tengah, gubernur Ganjar Pranowo. Bukan lain karena pasar Johar juga menjadi urat nadi perekonomian di jawa tengah dan Semarang pada khususnya.
Sebagaimana pengelolaan pasar tradisional di Indonesia, kita masih melihat bahwa pengelolaan pasar tradisional masih jauh dari manajemen modern. Hal inilah yang sering mengakibatkan banyaknya bencana kebakaran yang terjadi di pasar-pasar tradisional. Mulai dari instalasi listrik, ketersediaan alat pemadam kebakaran hinggal tata ruang dari para pengisi lapak turut menjadikan potensi terjadinya bencana semakin tinggi. Tidak hanya pasar Johar Semarang ini yang terbakar berulang kali, juga sebagai contoh adalah pasar Turi di Surabaya.
Tetapi seakan buah simalakama, jika pengelolaan dibuat secara profesional, maka ujung-ujungnya adalah pada tingginya iuran bagi pengisi lapak, adanya seleksi pengisi lapak yang lebih ketat. Pilihannya adalah apakah akan segera mengelola dan melakukan manajemen pasar secara modern dengan segala implikasinya ataukah menjalankan manajamen tradisional dengan lebih mementingkan pada berputarnya perekonomian bagi wilayah dan masyarakat di daerah tersebut.