Wah, jalur Klakah Lumajang semakin macet saja. Ini pengalamanku pulang kampung hari sabtu kemarin dari Sidoarjo ke Jember dan juga sebaliknya pada keesokan harinya.
Hari sabtu kemarin saya merencanakan pulang ke Jember untuk mengantarkan anak istri saya berlibur di Jember. Kami berangkat sepulang kerja di hari sabtu pada pukul dua siang. Selama perjalanan sampai di Leces, Probolinggo sangat lancar. Kurang lebih satu setengah jam kami tempuh hingga keluar pintu tol Probolinggo Timur. Namun perjalanan selanjutnya lumayan menyiksa. Perjalanan dari pabrik kertas Leces, hingga Kedungjajang, Lumajang (tempat belok menuju ke Jember) harus kami tempuh selama satu jam. Padahal jarak dari pabrik kertas Leces menuju ke Kedungjajang kurang lebih 24 km (menurut peta google). Artinya, kami hanya berjalan sekitar 20 kilometer per jam saja. Dan pada kenyataannya sangat merambat banget.
Besoknya saya balik ke Sidoarjo dengan menumpang bis patas. Ternyata kejadiannya sama saja. Bis juga berjalan sangat lambat.
Beberapa hal yang saya amati sepanjang jalan antara pabrik kertas Leces dan Kedungjajang antara lain:
- Beberapa pasar tumpah, yang ternyata pasar-nya meski tutup-pun, tetap memberikan kontribusi kemacetan. Salah satu pasar tumpah yang sangat fenomenal adalah pasar Ranuyoso. Aktifitasnya dimulai dari jam lima pagi hingga siang. Kalau sedang aktif, untuk melewati pasar ini bahkan bisa butuh waktu lebih dari setengah jam. Kalau mau memaksa, ya harus memutar lewat jalan kampung yang kecil.
- Perlintasan kereta api. Sebetulnya ada tiga perlintasan kereta api sepanjang perjalanan yaitu, perlintasan Malasan, Ranuyoso dan Klakah. Namun ada dua perlintasan yang memberikan kontribusi kemacetan cukup signifikan yaitu perlintasan di Malasan dan Ranuyoso. Untuk perlintasan Malasan, kondisi jalan agak menurun dan aspal di sekitar rel sering tergerus sehingga jalannya agak berlubang. Sedangkan perlintasa rel di Ranuyoso sebetulnya kondisi baik, hanya kendaraan sering memperlambat jalan ketika melintasi rel.
- Beberapa perlintasan jalan (pertigaan dan perempatan) juga menyumbang kemacetan. Misal di pertigaan Klakah, lalu di pertigaan Randuagung. Kemungkinan besar karena volume yang meningkat. Terbukti dulu belum ada petugas pengatur sukarela, sekarang perlintasan tersebut sudah ada petugas sukarelanya.
- Kelompok peminta sumbangan mesjid dan Mushola. Ini yang masih agak ragu, apakah mereka penyebab kemacetan, atau malah mereka hadir di tempat-tempat macet. Dari beberapa poin penyebab kemacetan di atas, dipastikan ada kelompok ini. Saya hanya mencatat satu kelompok saja yang berada di luar area seperti pasar tumpah, perlintasan rel dan perlintasan jalan. Namun dengan mereka berdiri dijalan, mereka berkontribusi untuk menghambat lajur jalan kendaraan. Apalagi terkadang mereka juga mengacungkan kotak, topi ataupun bendera di tengah jalan.
- Selain hal di atas problem kemacetan sering timbul dari kendaraan truk yang melintas. Misal truk yang mogok, truk yang tidak kuat menanjak, ataupun truk yang berjalan lambat karena kelebihan muatan. Jalur ini memang gado-gado untuk truk yang melintas. Ada dumptruk pasir yang setiap saat melintas, lalu ada truk yang memuat kayu (ada beberapa penggergajian kayu di sepanjang jalur) lalu jika musim penggilingan di pabrik gula, truk tebu banyak melintas dengan muatan yang berlebih hingga ke atas. Tidak jarang banyak juga truk bermuatan tebu yang terguling di jalur ini karena muatan yang tidak seimbang dan ditambah permukaan jalan yang bergelombang.
Tentu jalur klakah lumajang semakin macet ini bikin sebel banyak orang. Kalau pendengar Suara Surabaya, sepanjang jalur ini sering diinfokan mengingat kemacetan yang luar biasa. Namun tentu kita tidak bisa menganggap bahwa kemacetan ini adalah hal biasa. Tidak terbayang bukan berapa biaya yang harus kita tanggung ketika menghadapi hal ini. Kalau kita searching di google saja, sudah banyak sebetulnya yang memberitakan tentang hal ini. Rasanya pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan tentu berpikiran yang sama. Namun sekali lagi yang dibutuhkan adalah aksi nyata. Sekecil apapun aksi nyata tersebut akan berdampak luar biasa bagi masyarakat yang memanfaatkan jalan di lajur tersebut. Semoga kita bisa semakin cepat mendapatkan aksi nyata dari pemerintah.