Pada tahun 2015 negara-negara di ASEAN akan memulai sebuah bentuk komunitas baruyang dinamakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). di dalam bentuk komunitas ASEAN yang baru ini terbagi dalam 3 pilar, yaitu: Komunitas Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Pada awalnya disepakati bahwa MEA akan dimulai secara keseluruhan pada tahun 2020, akan tetapi dipercepat menjadi tahun 2015.
Pada awalnya hanya 11 sektor saja yang menjadi prioritas di dalam MEA 2015. Pada tanggal 8 desember 2006 di Cebu Philipina disepakatilah untuk memasukkan sektor logistik ke dalam sektor prioritas integrasi ( Priority Integration Sector / PIS) yang merupakan sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan menuju pasar tunggal dan berbasis produksi. dengan koordinator sektor logistik dipegang olehVietnam.
pada tahun 2013 sejatinya sudah dimulailah untuk menghilangkan hambatan perdagangan pada sektor jasa logistik, artinya kran tersebut sudah terbuka pada tahun 2013. Industri Logistik nasional Indonesia sejak dini telah diingatkan mengenai MEA 2015.
Bukan tanpa sebab, Industri Logistik Nasional masih berkutat pada ladang domestik. Sangat berbeda dengan perusahaan logistik dari negara Singapura dan Malaysia yang telah lebih dahulu melakukan ekspansi di berbagai negara. Dengan pengalaman tersebut, tentunya perusahaan logistik dari Singapura dan Malaysia mempunyai pengalaman yang lebih daripada perusahaan logistik di Indonesia. Selain itu, dengan pengalaman tersebut, tentu saja investor akan lebih tertarik pada perusahaan yang mempunyai jaringan yang lebih luas.
Di sisi lain, daya saing skill pekerja logistik Indonesia masih jauh dari harapan. Indonesia sendiri belum mempunyai standarisasi bagi pekerja-pekerja logistik. di dalam kenyataannya, industri logistik lebih dipenuhi oleh pekerja berdasarkan pengalaman kerja ataupun mereka yang berlatar belakang dari industri manufaktur atau produksi yang nature nya terkadang berbeda dengan industri logistik. Untuk itu sangat diperlukan dibentuknya standarisasi skill bagi pekerja logistik, memperbanyak pendidikan formal jurusan logistik.
Hal terakhir yang perlu dicermati adalah penggunaan teknologi informasi untuk membuat proses bisnis menjadi efektif dan efisien. Sayangnya penggunaan teknologi informasi masih dipandang sebagai cost daripada di sisi advantage added value. Salah satu contoh yang bisa mendongkrak efisiensi adalah penggunaan paperless invoice.
Sayangnya tidak semua perusahaan logistik di Indonesia menyadari pergerakan MEA 2015 ini akan berimbas pada revenue karena banyaknya pemain asing yang akan masuk ke Indonesia. disadari bahwa Industri logistik Indonesia memberikan porsi kue yang cukup besar. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan bahwa pergerakan barang di ASEAN 40% ada di Indonesia. Tentu inilah yang menjadi daya tarik perusahaan logistik dari luar Indonesia untuk masuk.
Strategi yang bisa dibangun oleh industri logistik dalam mengejar ketertinggalan dalam menghadapi MEA 2015 adalah memetakan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki saat ini dan membangun aliansi dengan perusahaan logistik lainnya berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Membuat strategi-strategi baru dengan improvisasi baru yang dilandaskan pada prinsip efektifitas dan efisiensi.