Apa yang menjadi esensi peringatan Sumpah pemuda 2015?
Semenjak tahun 1928 hingga 2015, sudah 87 tahun sumpah pemuda diikrarkan. Menengok kembali sejarah Sumpah Pemuda, diawali dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang memiliki anggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi pemuda
Kongres Pemuda ini menggelar konggres ini di tiga tempat berbeda, terlebih dulu di gelar tanggal 27 Oktober 1928 di Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Saat itu Sugondo Djojopuspito berharap ada alat pemersatu kesatuan Indonesia karena adanya perbedaan sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Dan pada rapat kedua 28 Oktober 1928 Gedung Oost-Java Bioscoop yang saat itu usai pertemuan yang membahas masalah pendidikan oleh Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro untuk mengenalkan pendidikan demokratis.
Rapat terakhir di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, tercapailah rumusa yang di tulis Moehammad Yamin dan rumusan itu kemudian di bacakan saat penutupan rapat oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Moehammad Yamin.
Isi dari rumusan yang di cakan saat itu sebagai beriku yang akhirnya di kenal sebagai Sumpah Pemuda :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Pada peringatan Sumpah Pemuda 2015 yang ke 87 ini, Pemerintah menerapkan tema “Revolusi Mental untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu untuk Bumi“. Sejalan dengan tema yang diusung oleh pemerintah ini, para pemuda diajak untuk melakukan perubahan secara signifikan. Pemuda jangan hanya menerima keadaan yang saat ini ada dan menyerahkan semuanya kepada negara. di tangan pemudalah, perubahan itu terjadi, dan perubahan itu harus cepat dilakukan. Perubahan mental, mindset akan juga membawa ke arah perubahan ke segala hal. Perubahan ini juga diarahkan kepada pemikiran terhadap bumi tempat berpijak. Isu mengenai perusakan dan pembakaran hutan yang mengakibatkan asap yang meluas kemana-kemana, bukan kewajiban ansich negara saja, tetapi sebagai pemuda pelopor, pemuda juga harus turut serta melakukan aksi nyata dan kepedulian terhadap bumi ini.
Saatnya pemuda bergerak, untuk membuat Indonesia yang lebih baik.