Di tahun 2019 Indonesia mempunyai perhelatan politik besar yaitu pemilihan umum. Istimewanya adalah pemilihan umum kali ini akan menyelenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden sekaligus dengan pemilihan anggota DPR-RI, DPRD I, DPRD II dan DPD. Tentu tidak main-main dan bisa bayangkan betapa riuhnya perhelatan ini.
Menyoal metoda iklan dari para peserta pemilu, memang benar KPU telah memberikan batasan kepada peserta mengenai tata cata dan aturan dalam mempromosikan (dibaca iklan) dirinya. Banyak media yang bisa dipakai, seperti misalnya televisi, media luar ruang dan yang happening tentu masuk ke dunia maya.
Yang menarik ternyata media luar ruang seperti pemasangan baliho adalah sesuatu yang masih dianggap populer. Mungkin karena aksesibilitas alias kemudahan dalam mengaksesnya.
Sebagai contoh adalah baliho besar yang terpasang di depan kantor saya. Ini adalah milik dari caleg Gerindra. Pastinya dari daerah pemilihan Sidoarjo dan sekitarnya. Yang menariknya adalah musuh dari media luar ruang ini adalah cuaca. Meski juga bisa jadi ada perusakan atau sabotase, tapi rasanya sangat kecil sekali. Dengan melihat letak baliho ini tentu tidak mungkin karena sabotase.
Biaya yang cukup mahal
Tentu untuk memasang baliho di area strategis seperti di depan kantor saya ini biayanya cukup mahal. Strategisnya karena dilalui banyak orang, apalagi kalau pagi dan sore macet banget, tentu para pengendara akan sedikit-sedikit melirik baliho ini.
Sayang di sayang
namun sayang, cuaca akhir-akhir ini memang didominasi hujan dan angin kencang. Akibatnya baliho tersebut menjadi robek dan tidak terbaca caleg siapakah ini. Tentu ini bisa menjadi beberapa implikasi. Misalnya, orang jadi penasaran, siapa caleg di baliho ini. Atau ada yang malah mensyukuri baliho yang robek ini?
Kalau pertanyaan dari saya adalah apakah baliho ini bisa diganti atau direfresh ulang mengingat kondisi fisiknya yang sudah robek.
Entahlah hanya caleg dan tim sukses yang bersangkutan saja yang bisa menjawab