Diriku masih bertahan menuliskan kata demi kata dan menyusunnya ke dalam kalimat baris per baris, paragraf per paragraf hingga terbentuklah satu bentuk tulisan. Di tengah budaya literasi yang sangat rendah, namun budaya mencerna visual lebih tinggi dan terus meningkat. Tidak heran semakin banyak yang beralih menjadi content creator dengan membuat video dan diupload di media yang lagi hype di Indonesia, yaitu youtube. Tidak hanya ex penulis blogger saja yang beralih, tetapi juga programmer, penyanyi hingga politisi berlomba membuat channel youtube. Apakah ini saatnya juga beralih ke vlog?
Awal saya menulis di media blog berawal dari tahun 2004. Waktu itu hanya iseng saja. Beralih dari platform yang satu ke yang lain. Kemudian mencoba untuk menulis yang lebih serius, namun masih gagal, hahaha. Saya coba membuat nieche blog lebih fokus, misalnya menulis tentang logistik, ngoding, sayangnya kadang malah buntu pada ide. Akhirnya saya putuskan untuk membuat konten gado-gado saja, namun diselingi beberapa artikel yang “serius”.
Untuk beberapa artikel yang saya anggap “serius”, saya juga publikasikan di linkedin. Tentu saja segmentasinya berbeda. Kalau tulisan curhat dibagikan juga malah menjadi gak jelas. Topik yang biasanya saya bagikan adalah tentang logistik, manajemen dan teknologi informasi. Terutama yang berisikan baik ide, gagasan ataupun sesuatu yang perlu dibagikan. Mungkin topik tersebut sudah banyak yang tahu, mungkin juga tidak, nggak jadi masalah, yang penting sempatkan berbagi.
Oya, saya juga berusaha untuk membuat dan mempublikasikan satu tulisan per hari. Sepertinya tulisan ringan saja yang bisa saya bagikan. Misal ada ide yang berseliweran di pikiran, ya dituliskan saja. Ataupun ada kejadian yang menarik yang perlu saya tuliskan. Begitu juga beberapa catatan kunjungan yang saya lakukan, entah berwisata, perjalanan bisnis (yang jarang, hahaha) ataupun bertemu dengan seseorang yang menurut saya menarik untuk dibagikan ceritanya. Tidak jarang saya juga berbagi cerita dari buku yang telah saya baca.
Jika harus beralih ke vlog, rasanya tidak semua konten yang ada diblog bisa di”vlog”-kan. Sepertinya beberapa konten yang butuh visual bisa dibuat dalam bentuk video. Misalnya saja tema-tema logistik, sepertinya bisa. Namun yang terlintas adalah bagaimana mencari konten penunjangnya seperti video penunjang, mengingat terkadang ada kesulitan dalam mencari materinya. Kesulitan lain adalah waktu untuk mengedit. Untuk yang satu ini saya benar-benar salut untuk vlogger pemula yang harus mengedit sendiri kontennya. Bayangkan saja, sehabis mendapatkan bahan video atau yang dikenal footage dan itu juga bukan hal yang mudah, mereka harus mengedit video mereka. Wah gak terbayang ya gimana susahnya. Mungkin karena ini ya, Google memberikan apresiasi yang tinggi bagi konten kreator yang ada di youtube. Di sini ada artikel tentang bagaimana cara untuk menjadi seorang vlogger.
Balik lagi jika saya harus membuat vlog, sepertinya akan membutuhkan waktu yang lama untuk mempublikasikan satu konten. Mungkin butuh beberapa hari untuk merancang cerita atau membuat story board, kemudian selanjutnya membuat atau merekam video ataupun mencari konten penunjang. Selanjutnya proses editing. Dan jika selesai, konten dipublikasikan. Konten yang dipublikasikan juga harus dibagikan agar ada yang melihat, meski search engine juga sangat membantu. Effortnya sangat lama ya. Kira-kira bisa lebih dari satu bulan nih membuat satu konten video saja.
Namun sepertinya hal ini perlu dicoba. Dan saya yakin sih, semakin lama seiring dengan kebiasaan, waktu pemrosesan suatu konten-pun akan semakin cepat. Jadi tinggal bergantung pada mood dan terus menggali ide yang berseliweran.
Okelah saya akan coba buat satu konten tentang logistik saja. Karena ini bidang yang saya kuasai. Nanti di dalamnya akan membahas berbagai hal misalnya tentang dasar-dasar logistik. Kemudian juga akan membahas teknologi informasi yang menunjangnya. Juga tidak lupa tentang improvement. Tapi tentu saja tidak meninggalkan blog ini. Wah semoga bisa terlaksanalah mimpi ini.
