NEW!Referensi istilah di supply chain dan logistik Buka di sini
Me Story

BANYU BIRU

1 Mins read

“Benarkah apa yang kita ingat sama dengan apa yang terjadi?”

Setiap orang yang menjalani hidup senantiasa memiliki persoalan. Persoalan ini bisa besar atau kecil dan bisa banyak atau sedikit. Persoalan tersebut biasanya akan berujung pada dua hal, memperoleh solusi sehingga teratasi atau kebalikannya.
Bagi Banyu (Tora Sudiro), pegawai layanan konsumen di sebuah hypermarket, salah satu persoalan hidupnya adalah sang ayah (Slamet Rahardjo) dan persoalan itu ia anggap besar. Di mata Banyu, sang ayah yang berprofesi ilmuwan adalah sosok yang berandil paling besar dalam kehancuran keluarganya. Betapa tidak, sejak kematian Biru, adiknya, yang kemudian disusul ibunya (Berliana Febryanti), sang ayah selalu asyik dengan pekerjaannya. Tak heran bila Banyu memilih sikap untuk membenci dan pergi meninggalkannya dengan harapan tak lagi bersua dengannya.
Namun, suatu hari saat Banyu menjadi salah satu peserta Seminar Peningkatan Produktivitas Karyawan yang diselenggarakan perusahaan tempatnya bekerja, diantara rasa jenuh yang mulai menerpa lantaran pembicara terlalu asyik dengan materi seminar yang monoton dan menyajikan materi dengan gaya yang jauh dari kesan interaktif, Banyu mulai mempertanyakan sikap yang dipilihnya.
Untuk itu, ia pun berupaya menelusuri kembali berbagai hal yang telah membuat dirinya mengambil sikap membenci ayahnya. Mulai dari mendatangi rumah yang telah lama ditinggalkan; bertemu dengan Sula (Dian Sastrowardoyo), tetangga sekaligus teman masa kecil yang telah tumbuh menjadi gadis cantik; gadis peramal (Ladya Cheryl); Arief (Oscar Lawalata), teman SD; Wahyu (Didi Petet), paman Banyu yang doyan kawin ; pegawai agen perjalanan (Butet Kartaredjasa), hingga bertemu dengan sang ayah dan berdebat tentang berbagai hal. Soal pekerjaan, kematian ibu dan adiknya, dan berakhir dengan soal rasa mencintai dan dicintai.
Akankah penelusuran ini melunturkan sikap Banyu atau malah makin menguatkan?
Dibawah arahan sutradara Teddy Soeriaatmadja, film yang skenarionya digarap Rayya Makarim dan Prima Rusdi serta dibintangi bintang-bintang papan atas negeri ini yang merupakan perpaduan antara senior dan yunior, “Banyu Biru” dikemas dengan gaya surealis (menonjolkan aspek bawah sadar dan diluar kenyataan) dan menyisipinya dengan adegan-adegan pemancing tawa yang cukup segar (yang bisa membantu mengurangi “kejenuhan” lantaran dialog yang dominan). Khususnya, saat cerita mulai bertutur tentang upaya Banyu menelusuri masa lalunya.
Film ini mulai diputar di bioskop pada tanggal 10 Maret 2005. So, tak ada salahnya Anda jadikan “Banyu Biru” yang dibuat dengan dana sekitar lima milyar sebagai sebuah pilihan di akhir pekan. Khususnya, bila Anda penggemar Tora Sudiro dan Dian Sastro.

1498 posts

About author
Saat ini bekerja di perusahaan home furnishing. Hobi jalan-jalan, makan dan bersepeda.
Articles

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.