Mari kembali ke masa kecil. Masa di mana saya hidup dengan bermain-main. Usiaku pada saat itu menginjak sebelas tahun. Saya baru saja berpindah ke kota ini, sebuah kota kecil dan penuh ancaman terutama jika salah paham, itu kata nenek saya.
Tidak pernah terbayang bisa tiba di kota ini. Dan jiwa sayapun memulai petualangan baru. Menyesapi udaranya, memuaskan mata memandang karena kota ini dikelilingi oleh pegunungan argopuro yang nyaman. Tapi itu belum seberapa, sampai ketika aku menemukan sungai itu.
Sungai Bedadung mengular hingga ke laut selatan. Anakan sungainya menjelajah di setiap kota ini. Memberikan air kehidupan dan membawa pesan dari sang pencipta. Gemericik airnya memberikan kesejukan bagi penghuni kota ini.
Airnya tidaklah usah kau bayangkan, seperti biasa coklat tanah bercampur dengan limbah rumah tangga. Meski demikian masih banyak orang yang tidak segan mandi, mencuci baju dengan airnya. Yah, air ini membawa kehidupan.
Kadang sering bertanya, darimana asalnya air ini. Entah darimana. Tapi saya pernah berada di muaranya. Bertemu dengan airnya di samudera Hindia.
Cerita orang mengatakan bahwa mandi dengan airnya, maka tidak akan melupakan kota ini dan akan selalu kembali. Entah berapa lama aku mandi di sungai itu dan berapa lama aku belum kembali lagi.
Sekarang kota ini berubah. Hidup tidak lagi sama. Deru-deru kendaraan semakin kencang. Tetapi sungai ini tetap membawakan sebuah nyanyian.
Nyanyian kehidupan.