Apakah tentang impor beras vietnam?
Secara mengejutkan, Menteri Perdagangan bapak Gita Wiryawan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri. Publik menduga-duga bahwa pengajuan pengunduran diri ini disebabkan oleh karena isu import beras vietnam yang menyerbu ke Indonesia dengan dugaan penyalahgunaan wewenang.
Berbagai opini timbul, ada yang mengatakan bahwa sangatlah jamak jika di tahun politik menjelang pemilu, akan ada banyak intrik yang dilakukan untuk memenuhi pundi-pundi sebagai modal pembiayaan politik. di lain pihak, ada yang mengatakan bahwa masuknya beras vietnam ini melalui pelabuhan-pelabuhan tikus, bahkan secara resmi pun dengan mudah bisa masuk karena beras impor mempunyai HS Code yang sama, tidak ada pembedaan pada jenis dan kategorinya. Dari Kementerian Pertanian sendiri mengatakan bahwa sebenarnya dari kementerian Pertanian hanya merekomendasikan untuk impor dari jenis premium saja.
Terlepas dari polemik tersebut, sebetulnya secara awam adalah adanya keanehan kebijakan pemerintah. Pada satu sisi ada pertanyaan besar adalah masihkah kita sebagai negara agraris?
Berbagai krisis pangan sering terjadi di Indonesia. tidak lupa dari ingatan kita bahwa kedelai pernah menghilang dari pasaran karena harganya membumbung tinggi, dan sangat mengejutkan kedelai tersebut juga diimport.
Menurut Gita Wiryawan sendiri, import itu dilakukan karena produksi Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar, sehingga sangat riskan jika tidak dilakukan import.
Kembali kepada pertanyaan di atas, apakah kita masih pantas menyandang sebagai negara agraris? lahan-lahan pertanian saat ini semakin mengecil luasnya, dan berganti menjadi pabrik-pabrik, perumahan-perumahan. Mengapa demikian? karena pertanian adalah sektor yang tidak menguntungkan. Banyak resiko yang harus ditanggung, misal mahalnya harga pupuk, serangan hama, bencana alam bahkan harga jual yang sangat rendah. Hal ini menjadi ketidaktertarikan untuk menjadi petani.
Memang strategi bagi negara ini harus ditetapkan secara jangka panjang, karena sumber daya kita sangat terbatas. tidak bisa hanya diselesaikan secara partial oleh pemerintah dalam 5 tahun kepemimpinan. Sudah saatnya dipikirkan pola pembangunan jangka panjang yang menjadi pegangan bagi pemerintah untuk melakukan strategi pembangunan dan melakukan perubahan yang signifikan.
Lalu, apa kabar Gita Wiryawan? Mungkin beliau mau fokus untuk memikirkan negara ini agar menjadi negara agraris yang sesungguhnya.