Setiap Apple mengeluarkan seri terbaru dari Iphone, pasti ada saja orang yang mencoba membongkar Iphone tersebut dan memberikan harga dari setiap part yang mereka bongkar dan memberikan harga dasar dari Iphone tersebut. Kadang hal ini membuat kita tercengang. Betapa tidak, ternyata biaya produksi dari Iphone tersebut hanya seperempat dari harga jualnya. Mengapa bisa begitu?
Mengawali dari Branding
Kekuatan perusahaan yang berkaitan dengan penjualan suatu produk adalah branding. Dan kita ketahui, hampir semua perusahaan menciptakan brandingnya bahkan berani membayar mahal untuk menargetkan branding positition pada level tertentu. Sebetulnya mengapa perusahaan tersebut, seperti Apple Inc begitu ngotot melakukan branding, bahkan tetap menjaga agar branding mereka diset pada posisi tertentu.
Semua Ada Sejak Lahirnya Value
Value adalah suatu nilai yang dipercaya oleh pemilik perusahaan terhadap produk atau jasa yang mereka miliki. Value juga diturunkan dari visi dan misi para pendiri perusahaan tersebut. para founder memiliki kepercayaan, bahwa produk dan jasa yang mereka miliki mempunyai manfaat yang tinggi bagi masyarakat. Selain itu diperkuat dengan diferensiasi dari produk atau service yang pernah ada. Kepercayaan ini sudah tidak dapat digugat lagi. Oleh sebab itu, value tersebut diturunkan kepada produk atau service yang mereka miliki.
Nilai tukar value
Sebetulnya value tersebut menjadi tidak memiliki harga yang pasti. Bukan dengan perhitungan berapa biaya produksi yang dihabiskan, tetapi value tersebut dimasukkan ke dalam komponen margin yang diinginkan. Tidak ada harga pasti dari sebuah value. Akan tetapi, karena para founder percaya bahwa value tersebut harus juga dimanfaatkan oleh orang banyak, maka dihitunglah sebuah nilai keekonomisan yang diterjemahkan ke dalam margin. Hal inilah yang menyebabkan mengapa harga sebuah IPhone sangat jauh dibanding dengan biaya produksi, jika menurut dari proses break down setiap spare part.
Tidak Ada Harga Mahal, Yang Ada Harga Yang Pantas
Betul, begitulah prinsipnya sebuah value diperdagangkan. Tinggal dari konsumen yang memilih apakah mempercayai value dari sebuah product dan service yang ditawarkan tersebut, ataukah merasa value yang diperoleh tidak sepantar dengan harga yang harus dibayar.
Selain itu juga masih ada kesempatan bagi tim marketing untuk melakukan kegiatan branding positioning untuk memikat calon konsumennya.