21 Maret 2016 diperingati sebagai Peringatan hari down syndrom 2016. Dalam peringatan ini masih berfokus pada bagaimana memberikan perhatian terhadap penyandang down syndrom.
Sampai saat ini, penyebab down syndrom masih belum diketahui secara pasti, meski gejalanya bisa kita kenali.
Wikipedia mencatat definisi dari Sindrom Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3,[1] yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
Hal tersebut diharapkan memberikan pengertian kepada kita untuk memberikan perhatian kepada penyandang down syndrom. Pemerintah Indonesia memperhatikan penyandang down syndrom melalui pemberian pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, dengan melengkapi kemampuan basic life needs bagi penyandang. Masyarakatpun diharapkan juga memberikan bantuan pendidikan melalui sosialisasi dan interaksi. Dengan demikian penyandang down syndrom tidak lagi terlupakan dan tidak hanya menjadi seremoni tiap tahun di tanggal 21 maret saja.