disadur dari kontan.co.id
JAKARTA. Kehadiran Pusat Logistik Berikat (PBL) di Cikarang Dry Port membawa berkah bagi pebisnis tekstil domestik. Pusat logistik yang mulai beroperasi tahun ini menjadi pusat logistik bagi produk kapas atau katun.
Alhasil, beban logistik dari pebisnis tekstil menjadi susut. “Perusahaan tekstil jadi tidak memerlukan pergudangan sebanyak dulu,” kata Ade Sudrajat Usman, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) kepada KONTAN, Minggu (12/6).
Keberadaan Pusat Logistik Berikat di Cikarang tersebut membuat industri tekstil domestik cuma perlu menyediakan pergudangan antara 20%-30% dari total kebutuhan pasokan bahan baku tekstil. Pebisnis tekstil juga tidak lagi perlu menyediakan pergudangan tambahan.
Apalagi Pusat Logistik Berikat Cikarang Dry Port juga bisa menyediakan stok kapas dari negara tetangga, seperti Malaysia. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak kuartal satu tahun ini.
Menurut Benny Woernadi, Managing Director Cikarang Inland Port (PT Gerbang Teknologi Cikarang), pengelola Cikarang Dry Port, biaya logistik importasi kapas bisa ditekan lantaran pihaknya sudah memindahkan gudang kapas yang ada di Malaysia ke Pusat Logistik Berikat Cikarang Dry Port.
Pusat logistik berikat Cikarang Dry Port sendiri, menurut Benny dalam keterangan tertulis Jumat (10/6), sudah bisa melakukan impor. Dari total logistik yang dikirim ke Cikarang, sekitar 60% impor. Nah, dari total impor itu, sebanyak 30% berasal dari gudang negara Malaysia. Sedangkan 10% dari para retailer domestik.
Melihat respons positif pasar, manajemen Cikarang Dry Port berencana menambah gudang Pusat Logistik Berikat kedua yang diharapkan rampung di akhir tahun ini.
Menurut catatan KONTAN, area Cikarang Dry Port yang akan dibangun memiliki luas empat hektare (ha) dan akan menempati lahan seluas delapan hektare (ha).
Menurut Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk, perusahaan ini berencana mengembangkan Cikarang Dry Port. Selain menambah gudang, pihaknya juga berencana membuat areal lapangan kontainer di sepanjang rel kereta api di Cikarang Dry Port. Maklum, transportasi utama kontainer dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Cikarang Dry Port adalah menggunakan jalur kereta api.
Langkah ekspansi perlu dilakukan perusahaan ini mengingat pertumbuhan bisnis Cikarang Dry Port sudah 20%-30% per tahunnya. Adapun tahun lalu, pendapatan dari usaha ini berkontribusi Rp 120 miliar ke kocek KIJA.
sumber: http://industri.kontan.co.id/news/cikarang-dry-port-bantu-bisnis-tekstil