Meningkatnya penjualan barang konsumtif bisa dilihat dari indikasi meningkatnya penjualan di gerai-gerai retail ataupun semakin masifnya pembukaan gerai-gerai baru, begitu juga dorongan peningkatan ini dipercaya sebagai salah satu indikator semaking meningkatnya angka penjualan melalui e-commerce. Namun, lazimnya di semua barang produksi, seringkali ada ketidakpuasan terhadap barang-barang yang dibeli oleh konsumen. di Amerika, sangat lazim sebuah toko online memberikan fasilitas untuk mengembalikan barang-barang dikarenakan ketidakcocokan barang karena warna, atau kenyamanan ataupun juga pengembalian barang karena kerusakan. Namun di Indonesia lazimnya adalah karena kerusakan sebuah produk.
Saya mau bercerita tentang pengalaman saya. Suatu hari saya membeli sebuah TV di sebuah gerai elektronik. Memang pada saat itu di gerai ada proses pengecekan barang. Saya sebagai konsumen juga diberi kesempatan untuk melihat fisik dan fungsi dari TV tersebut. di gerai tersebut, saya tidak mendapati ada masalah apapun. Sampai di rumah, ketika TV dicoba, ternyata saya mendapati ada satu point dead pixel dan akhirnya saya kembalikan ke toko tersebut dan saya mendapatkan barang yang baru.
Di beberapa produk, khususnya produk telekomunikasi maupun elektronik, biasanya memiliki suatu sistem informasi yang sudah mengelola barang-barang kembalian atau juga disebut return product.
Proses Return Product
Barang-barang yang dikembalikan karena cacat/defect/rusak akan dilakukan proses berikut:
– Proses perbaikan barang
– Menjual kembali barang
– Mengembalikan barang kembali ke stok
– Memusnahkan barang jika barang sudah tidak bisa diperbaiki/dijual
Proses ini tentu membutuhkan proses logistik untuk mengembalikan barang tersebut kepada departemen return, baik yang ada di pabrik ataupun di distribution center.
Sayangnya, proses return product ini dianggap membutuhkan biaya yang tinggi sehingga hampir sangat jarang yang terjadi di Indonesia khususnya untuk memproses barang-barang return ini. Kebanyakan barang-barang tersebut akan dilelang dengan harga yang murah tanpa melalui proses perbaikan atau pengecekan kembali.
Peluang meningkatkan nilai barang return
Bagaimana cara merubah nilai barang return tersebut untuk menjadi peluang baru. Salah satunya adalah dengan memberikan peluang kerjasama kepada pihak lain, bisa perusahaan lain yang ingin menampung barang-barang return tersebut, bisa juga perusahaan logistik yang tertarik untuk mengelola barang return.
Jika banyak pilihan yang disediakan untuk mengembalikan barang, maka konsumen tinggal memilih akan mengembalikan kepada siapa.
Simple prosesnya adalah konsumen tinggal mengambil foto produk barang yang akan dikembalikan, selanjutnya konsumen akan memilih perusahaan yang akan menerima barang retur, kemudian perusahaan tersebut akan mengambil barang tersebut ataupun dengan ongkos tarif yang murah, konsumen bisa mengirim barang ke titik pengumpul barang terdekat.
Selanjutnya perusahaan tersebut akan melakukan proses pengelolaan barang return, misalnya memberikan perbaikan barang, pengecekan kembali barang dan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menjual kembali barang-barang tersebut. Penjualan barang bisa dilakukan secara online melalui website milik perusahaan tersebut ataupun melalui marketplace seperti Bukalapak atau tokopedia.
catatan: ilustrasi gambar return product diambil dari http://sporkmarketing.com/wp-content/uploads/2015/10/return-policy.jpg