Suatu hari saya bertemu dengan pengelola sebuah ekspedisi yang cukup terkenal di daerah Semarang. Ekspedisi ini cukup lama dan mempunyai langganan yang loyal. Ekspedisi yang memberikan layanan dari daerah Jawa Tengah hingga ke Bali ini bisa dibilang harganya juga tidak bisa dibilang lebih murah daripada kompetitornya, tapi untuk muatan cukup banyak.
Menariknya ekspedisi ini tidak mempunyai website, tidak mempunyai tracking system serta setiap order dibuatkan dalam kertas berangkap. Apakah ekspedisi ini mulai ditinggalkan? Sampai saat ini tidak karena muatannya masih banyak. Model perusahaan seperti ekspedisi ini masih sangat banyak kita jumpai dan juga masih bertahan hingga saat ini. Itulah sebabnya banyak dari perusahaan ini yang tidak ingin melakukan transisi menjadi perusahaan logistik berbasis digital.
Saya ingin membahasnya dari sisi e-logistics. Salah satu syarat dalam menerapkan e-logistics adalah penggunaan teknologi digital dalam melakukan proses operasional. Ada tiga catatan saya mengenai usaha ekspedisi seperti ini:
- Satu kanal penjualan
Perusahaan seperti ini biasanya menggunakan kanal terbatas seperti tempat agen penerima barang atau drop point. Sayang sekali tidak berusaha memanfaatkan kanal pada era digital yang memberikan saluran yang lebih luas semisal website ataupun media sosial. - Tanpa aplikasi pencatat order
Salah satu kegunaan adanya aplikasi adalah memberikan tuntunan standar dalam menjalankan operasi perusahaan atau yang dikenal dengan SOP. Tentu akan sangat sulit jika ada karyawan baru belajar menangani order yang tercatat secara manual. Belum lagi melakukan konsolidasi dalam catatan keuangan serta pertanyaan dari pelanggan mengenai order mereka. - Tanpa Tracking System
Tracking system digunakan untuk melakukan kontrol terhadap semua shipment yang telah dibuat.