Pertama, korbankan kesenangan.
Mereka yang sukses sebenarnya mereka pun malas untuk berlatih, malas untuk bangun pagi serta malas untuk mengontak orang banyak demi kesuksesannya. Namun, karena mereka fokus pada pencapaiannya, maka situasi yang seberat apa pun, bersedia mereka jalani. Pengorbanan itulah yang berbuah pada kemenangan dan kesuksesan. Dalam istilah motivasi, kemampuan untuk menunda kesenangan demi suatu tujuan yang lebih penting atau lebih besar sering kali disebut sebagai delay gratification atau kemampuan menunda keinginan. Kesenangan ini memang akhirnya dilupakan, ditunda, dan dikesampingkan oleh mereka yang ingin meraih sesuatu. Namun, sebagai balasannya, tatkala apa yang ingin mereka raih itu bisa diperoleh, maka kesenangannya pun menjadi berlipat ganda.
Kedua, korbankan waktu.
Mereka yang sukses rata-rata bersedia memberikan waktu yang lebih lama
untuk menyempurnakan kemampuan serta keterampilan mereka dengan melakukan latihan. Pada saat tampil, mereka terlihat begitu mudah dan gampang melakukan sesuatu. Namun, di balik penampilan mereka yang tampaknya begitu mudah itu terdapat rahasia latihan selama berjam-jam hingga bertahun-tahun.
Ketiga, korbankan uang.
Meskipun tidak semua sukses harus berarti mengorbankan uang, tetapi ada kalanya kita tidak boleh ‘pelit’ untuk bisa meraih apa yang diinginkan. Untuk berhasil dalam kehidupan, kadang kita harus rela mengeluarkan uang sekolah agar mendapatkan ilmu yang akan menunjang kemampuan kita. Sama seperti halnya seorang dokter yang harus membayar uang sekolah sebelum ia diakui sebagai seorang dokter yang berhasil. Begitu pula, terkadang seorang aktor dan aktris harus mengeluarkan uang untuk mengikuti kursus akting. Sudah menjadi kebiasaan di dunia bisnis untuk saling traktir guna memperlebar peluang mendapatkan bisnis dan kesempatan. Meskipun, ujung-ujungnya hal ini menjadi sangat negatif karena kadang-kadang hal ini menjadi tidak ada bedanya dengan penyuapan.
