Pasti sudah mendengar isu layoff yang beredar di perusahaan startup. Layoff di perusahaan startup selalu menjadi hal yang seksi untuk dibicarakan. Menurut saya, hal ini disebabkan oleh karakter dari perusahaan startup yang unik. Kita bisa melihat bahwa sebuah perusahaan startup adalah perusahaan yang bertumbuh dengan luar biasa, bakar uang untuk akusisi pasar atau pelanggan, hingga gaji yang tinggi untuk para pekerjanya.
Begitulah perusahaan startup yang terlihat dari luar. Namun benarkah demikian? Saya coba mengulasnya dari sudut pandang saya saat ini yang bekerja di perusahaan startup.
Bekerja di Perusahaan Startup
Saya masuk ke dalam perusahaan startup sebagai pekerja karena karena terdorong oleh rasa penasaran tentang bagaimana kehidupan bekerja di sebuah perusahaan startup. Kebetulan saya bekerja di perusahaan startup yang memang baru benar-berkembang. Yang saya rasakan ketika bekerja adalah perusahaan ini berusaha dengan gigih mencapai pertumbuhan baik dari sisi jumlah pendapatan maupun penetrasi pasar. Rasanya hal ini jugalah yang dilakukan oleh banyak perusahaan startup lainnya.
Fase Pertumbuhan Perusahaan Startup
Fase pertama adalah fase pertumbuhan pendapatan dan penetrasi pasar, maka fase berikutnya adalah pada pencapaian profit.
Di sinilah perusahaan startup akan bermain pada kata efisiensi dan efektifitas. Efisiensi akan berkaitan dengan penggunaan modal, sedangkan efektifitas akan berkaitan dengan produktifitas.
Ketika pada fase ini, secara simultan perusahaan akan melakukan program-program kerja serta strategi yang berkutat pada kedua hal ini.
Efisiensi akan berkaitan dengan biaya-biaya yang berkaitan langsung maupun dengan aktifitas operasional perusahaan, pemilihan produk, pemilihan segmentasi customer hingga pemilihan pasar. Sedangkan produktifitas akan mengacu pada peningkatan produktifitas dari setiap unit yang ada di perusahaan.
Efisiensi Dilakukan
Jika berbicara mengenai efisiensi, maka yang paling sering dibicarakan adalah mengenai berbagai biaya-biaya yang ada dalam perusahaan. Perusahaan startup juga memandang demikian. Jurus memangkas biaya dilakukan demi tercapainya efisensi. Jika biaya terpangkas, tapi tidak berarti pendapatan juga terpangkas. Pendapatan tetap didorong naik. Dengan demikian, gap antara pendapatan dan biaya akan semakin lebar yang berujung pada profitabilitas yang meningkat. Beberapa strategi efisiensi yang biasa dilakukan seperti layoff, business shifting, hingga penutupan area layanan.
Menaikkan Produktifitas Demi tercapainya Efektifitas
Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produktifitas di perusahaan startup. Mulai dari memberikan berbagai fasilitas kepada pekerjanya, juga berbagai pelatihan yang diberikan untuk menambah knowledge dengan harapan produktifitas karyawan meningkat. Sudut pandang terhadap performa yang dicerminkan melalui Key Performance Indicator (KPI) ataupun yang mengacu pada OKR (Objective Key Result) juga selalu dichallenge.
Dengan peningkatan poduktifitas dari pekerja, maka diharapkan pekerja dapat mencapai target-target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Sudut Pandang Layoff bagi Pekerja Startup
Saya akan memandang layoff di perusahaan start up dari dua sudut pandang ini, yaitu efisiensi dan efektifitas. Layoff bagi pekerja startup berarti terjadinya penurunan biaya, khususnya pada biaya gaji pekerja. Berapa besar biaya yang akan diturunkan akan sejalan dengan jumlah pekerja yang terkena layoff. Namun, di sisi lain layoff ini juga menunjukkan bahwa porduktifitas tetap tercapai dengan jumlah pekerja yang masih ada.
Berbeda Dengan Kebangkrutan Perusahaan
Saya tidak akan menyamakan kasus layoff ini dengan kebangkrutan perusahaan. Kenapa demikian? Perusahaan startup yang mengalami kebangkrutan lebih disebabkan karena modal yang dimiliki sudah tidak mampu lagi menahan gerusan biaya yang muncul dan pendapatan yang didapatkan juga tidak membantu. Perusahaan startup yang melakukan layoff bergerak menuju ke arah yang lebih efisien dengan melakukan berbagai pemotongan sumber biaya gaji. Cara untuk memotong biaya gaji bisa saja dilakukan dengan mengurangi jumlah gaji yang seharusnya diterima oleh setiap pekerja, namun solusi ini tentu tidak diinginkan oleh pekerja. Bisa-bisa yang timbul malah demotivasi.
Namun apakah strategi layoff ini malah menimbulkan kontra efisiensi? Jawabannya adalah tidak. Tentu saja perusahaan sudah memperhitungkan berbagai dampak yang ditimbulkan dari layoff tersebut. Misalnya saja berkaitan dengan kewajiban-kewajiban yang harus diberikan kepada pekerja yang terdampak, seperti pesangon contohnya.
Jika melihat dengan horison yang panjang, maka perusahaan akan mendapatkan efisiensi yang diinginkan
Apakah Layoff sama dengan kesalahan Manajemen?
Saya akan melihat dari sudut pandang perusahaan. Ketika memilih strategi manajemen bisnis, tentu saja tidak ada satupun yang akan membuat strategi bisnis dengan tujuan gagal. Namun ketika strategi yang dipilih adalah tidak tepat dan malah membuat menjauh dari target yang dituju, maka tidak ada kata salah untuk untuk strategi tersebut. Pilihan dari pengelola bisnis tentunya membuat perusahaan tetap berjalan hingga pada masa waktu yang lama. Maka ketika terjadi sesuatu yang dipandang tidak sesuai, harus ada tindakan-tindakan yang dilakukan. Layoff menjadi salah satunya.
Hantu Layoff Untuk Pekerja Startup
Bagi pekerja startup, apakah layoff menjadi hantu yang menimbulkan ketidakpastian? Bisa jadi ya, jika kita bekerja biasa-biasa saja. Ingat, dalam kasus layoff tidak semua pekerja terkena dampaknya. Oleh sebab itu, dari sudut pandang ini, setiap pekerja harus semakin termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Ingat, ketika setiap pekerja ingin menjadi yang terbaik, dampak yang ditimbulkan adalah produktifitas menjadi meningkat. Maka jangan heran, justru hal ini malah membuat perusahaan akan menjauh dari aksi layoff.
Jadi Bagaimana Memandang Strategi Layoff ini?
Tidak seperti pandangan sinis terhadap perusahaan startup, apalagi dengan layoff yang dilakukan. Mari kita lihat bahwa ini hanya proses efisiensi biasa dalam perusahaan. Namun dari sisi pekerja, berlombalah untuk menjadi yang terbaik.