Setelah sekian lama melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), akhirnya sekolah anak saya mengumumkan untuk memulai pembelajaran tatap muka di sekolah, bagaimana saya menyikapinya?
Pembelajaran Jarak Jauh
Ketika pandemi Covid-19 ini berlangsung, salah satu yang terimbas adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pemerintah memutuskan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh di semua daerah tanpa terkecuali. Salah satu sebabnya adalah pemerintah menganggap bahwa anak sekolah sangat rentan tertular di sekolah.
Begitu juga sekolah anak saya yang juga menghentikan kegiatan belajar mengajar di kelas dan menggantinya dengan pembelajaran jarak jauh.
Apa Yang Dilakukan Selama Pembelajaran Jarak Jauh
Pada awalnya kegiatan belajar mengajar di sekolah anak saya cukup mengalami kesulitan. yang pertama karena guru tidak terbiasa mengajar lewat online, dan yang kedua dari sisi murid juga belum terbiasa. Namun belakangan terakhir mulai lancar.
Aktivitas yang dilakukan selama pembelajaran jarak jauh di sekolah anak saya antara lain:
1. Kegiatan Mendongeng
Kegiatan mendongeng ini dilakukan pada awal masa pandemi. Karena pada saat itu guru-guru masih melakukan penyusunan pembelajaran, maka disela-sela itu dilakukan kegiatan mendongeng. Ini dilakukan hampir setiap sore. Pada awalnya anak saya masih rajin mengikuti. Tapi kelamaan sudah tidak lagi. Mungkin dia sudah bosan berhari-hari mendengarkan dongeng terus.
2. Absen Pagi dan Siang
Setiap pagi dan siang, melalui aplikasi Zoom, guru kelas akan mengabsen murid-murid di kelas. Selain absen, juga diberikan pengantar untuk pelajaran yang yang harus dipelajari hari ini sekaligus tugas yang harus dikerjakan.
3. Pelajaran Via Online
Selain itu ada juga pelajaran via online, terutama untuk mata pelajaran yang tidak diampu oleh guru kelas, misal Bahasa Inggris, TIK, Bahasa Jawa, dan Agama. Untuk TIK, pembelajaran dilakukan dengan memakai aplikasi pembelajaran coding. Dan jujur, saya yang bisa coding ini gak paham dengan pelajarannya, hehehe.
4. Menjawab Evaluasi Lewat Google Form
Selain pelajaran, murid juga diberikan tugas maupun evaluasi dan menjawab dengan google form. Pada awalnya anak saya meminta didampingi mamanya ketika ada evaluasi dengan mengisi google form, tapi sekarang anak saya bisa menjawab sendiri tugasnya bahkan bisa mencari jawaban lewat mesin pencari google juga. Duh, kayaknya ini jangan ditiru deh.
Sempat waktu mengerjakan sendiri evaluasinya, anak saya mendapat nilai 60. Wah dia langsung marah-marah, hahaha. Tapi sekarang dia sudah diberi tahu kalau nilai itu hasil dari pembelajaran, jika ingin dapat nilai bagus, harus fokus dan mau belajar lagi. Sekarang sih rata-rata sudah bisa dapat 80 di setiap evaluasinya.
5. Kunjungan Guru di Rumah
Karena anak saya termasuk dalam special needs, anak saya yang di kelas mempunyai shadow teacher ini mendapat kunjungan ke rumah. Selain untuk mengetahui perkembangan anak, shadow teacher juga memberikan pendampingan pembelajaran bagi anak-anak special needs. Program kunjungan guru ini dilakukan setelah daerah kota saya dinyatakan bukan zona merah lagi.
6. Mengerjakan Tugas Prakarya Dan Dibagikan di Media Sosial
Ini yang seru, saya jadi tahu ternyata banyak prakarya yang dikerjakan di sekolah. Memang biasanya hasil prakarya ini jika dikerjakan di sekolah akan dipajang di kelas, tetapi karena dikerjakan di rumah ya dipajang di media sosial. Tugasnya biasanya dari mewarnai, membuat lukisan, membuat puisi, sampai mewawancarai orang di sekitar rumah.
Untuk tugas ini, anak saya cukup terbantu oleh mamanya. Beberapa prakarya dikerjakan bersama dengan mamanya.
Evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh
Meski demikian, kita bisa ketahui bahwa pembelajaran jarak jauh ini mempunyai banyak kendala. Misalnya tidak memiliki tools untuk pembelajaran jarak jauh baik itu HP atau notebook. Kemudian beberapa anak tidak mendapat pendampingan dari orang tuanya karena bekerja. Saya melihat beberapa anak kesulitan di situ.
Selain itu juga ditemui bahwa ada anak yang tidak pernah absen ataupun mengumpulkan tugas selama masa pembelajaran jarak jauh, entah karena apa.
Anak saya bisa dibilang sedikit beruntung karena memiliki laptop sendiri. Saya membelikannya pada saat sebelum Covid. Sebetulnya hanya supaya dia mau belajar komputer saja awalnya. Ternyata menjadi tools yang paling berguna di masa pandemi ini.
Memulai Pembelajaran Tatap Muka Di Sekolah
Seiring dengan semakin membaiknya kondisi di daerah kami, serta adanya panduan dari Kemdikbud tentang pembelajaran tatap muka, sekolah anak saya memutuskan untuk mencoba memulai pembelajaran tatap muka. Ada wacana memang untuk dimulai pada awal tahun 2021 akan melakukan pembelajaran tatap muka, tetapi akhir tahun 2020 ini dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Sebelumnya juga pernah ada wacana untuk memulai pembelajaran tatap muka, tetapi ternyata tiba-tiba kondisi penyebaran Covid mendadak parah lagi. Apalagi Plt kepala daerah kami pada saat itu juga meninggal karena Covid-19. Akhirnya pada saat itu, rencana pembelajaran tatap muka ditunda lagi.
Persyaratan Pembelajaran Tatap Muka
Meski melakukan pembelajaran tatap muka, tidak serta merta langsung saja dilakukan. Tetapi ada beberapa tahapan. Salah satunya adalah pooling kepada orang tua murid apakah berkenan untuk mengikutkan anaknya pada pembelajaran tatap muka atau tidak.
Selain itu, ada beberapa persyaratan yang dipenuhi dalam pembelajaran tatap muka, antara lain:
- Mengisi kelas dengan kurang dari separuh jumlah siswa.
- Menjalankan protokol kesehatan yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
- Pembelajaran tatap muka di kelas tidak dalam waktu yang lama.
Untuk ketiga hal ini, sekolah anak saya sudah mensosialisasikan semenjak dahulu. Hal ini dilakukan untuk persiapan jika pembelajaran tatap muka diberlakukan.
Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka
Pada beberapa hari lalu, kami mendapat surat edaran tentang uji coba pembelajaran tatap muka ini. Dalam surat tersebut dilampirkan mengenai jadwal pembelajaran tatap muka anak saya.
Sikap Saya Terhadap Pembelajaran Tatap Muka
Setelah kami berdiskusi, kami mengambil kesimpulan untuk tidak dahulu mengikutkan anak saya dalam uji coba pembelajaran tatap muka ini. Salah satu faktornya adalah tidak disiplinnya anak saya ketika memakai masker. Sulit sekali untuk meminta dia tetap menggunakan masker jika di tempat umum. Dengan pertimbangan ini, istri saya lalu menghubungi wali kelas dan menyatakan untuk tidak mengikutkan anak saya dalam uji coba pembelajaran tatap muka.
Saat ini, rasanya masih agak ragu untuk melepas anak saya sendiri di dalam kelas. Di sisi lain, saya salut juga dengan pengelolaan sekolah anak saya ini. Mungkin saja beberapa orang tua ada yang meminta segera diberlakukan pembelajaran tatap muka ya. Bagaimana dengan di kotamu? Apakah juga ada rencana dari sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka?
Disekolah anak saya sudah ada pembelajaran tatap muka tapi seminggu hanya 2x saja, yang hadir hanya boleh separuh siswa dan itupun harus tetap pakai masker
Wah sudah ada ya? Sekolah anak saya baru minggu ini uji coba. Tapi saya masih belum memperbolehkan untuk ikut pembelajaran tatap muka
Kami juga rencananya Januari nanti bakal tatap muka 2 hari dan online 3 hari. Tapi jujur aku masih ragu mas buat melepas anak ke sekolah secara tahu sendiri kan anak kelas 1 SD kalau udah ketemu ma temennya, susah buat jaga jarak. Tapi emang belum ada uji coba sih.
Ya ini yang ditakutkan. Namanya anak-anak kalau ketemu temennya jadi lupa. Sementara di rumah kan jarang banget pakai masker. Ya semoga pandemi ini bisa cepat berlalu ya.
Saya mengajar di kampus. Belum ada woro-woro sih mau tatap muka atau enggak. Tetapi kalau Sidang Tugas Akhir sih tetap tatap muka semester kemarin. Teman-teman sejawat lebih setuju offline aja. Engga maksimal juga sih sidang TA online. Masih bisa diatur jaga jarak & engga bikin kerumunan. Nah, kalau kuliah/sekolah nih yg saya masih ragu juga. Sulit untuk jaga jarak…Buat orang dewasa aja suka cuek, apalagi anak-anak (karena mrk anak-anak, belum ada kesadaran)…
Saya sempat menjalani beberapa sertifikasi secara online. Mungkin dari sisi pengujinya lebih susah ya, kalau yang diuji sih malah lebih nyantai karena ujiannya di rumah.
Kalau di pertemuan tatap muka kelas ini yang memang agak susah. Pastinya minimal ada 5 orang di kelas dengan durasi kurang lebih 1 sampai 2 jam. Tapi bagaimana cara kontrol anak-anak ya? Itu yang buat saya ragu.
Loh, mas Arta orang Jawa juga toh? Tak kira metropolitan hehe
Tapi itu kenapa absen dua kali. Adek-adekku aja cuma absen sekali. Pas pagi aja. Itupun ada teman-temannya malah ngawur banget kadang gak absen
Hahaha, metropolitan mana yo? Ya nih, anakku dua kali kalau absen. Ya sama, beberapa juga gak absen. Anakku juga kalau gak dipaksa pasti ya gak mau absen.
selama ini anak anak di rumah sudah paham protokol kesehatan, jadi klo misalnya harus sekolah tatap muka asal sesuai prosedur ya oke oke saja sih
Kalau dari prosedurnya sih menurutku sudah bagus banget sih. Cuma ya itu, masih ada rasa kuatir aja
Sekolah anakku udah sekali-sekali ada pertemuan tatap muka, dengan jumlah murid 10 orang saja per sesi. Tapi kayaknya bakal kembali ke PJJ mengingat kotaku kembali zona merah, bahkan di kecamatan sebelahku zona hitam 🙁
Waduh sampai zona hitam. Di Sidoarjo sekarang semakin terkendali. Memang kalau diperhatikan sih sudah mayoritas melakukan protokol kesehatan. Misal kalau saya intip di pasar, sudah banyak yang pakai masker. Begitu juga di jalan-jalan. Mungkin karena trauma melihat bupatinya meninggal karena Covid.
Daku melihat ponakan saat PJJ memang kasihan juga sih, karena kan seharusnya masanya dia untuk bersosialisasi dengan yang seusianya.
Namun kalau melihat keadaan masih seperti ini, malah nggak tega membiarkan dia belajar tatap muka, soalnya keadaan belum benar-benar kondusif ya
Anak PJJ memant bikin pusing 7 keliling. Saya juga merasakannya, padahal yang sekolah adik saya. Wacana sekolah tatap muka, buat saya masih ragu juga, apalagi di daerah saya, kini sedang marak-maraknya kasus covid. Satu kabupaten udah tembus 2000an yang positif, dan yang sembuh bari 600 an. Sedih rasanya.
Jujur saya sebagai mahasiswa meskipun suka dengan kuliah online seperti ini namun nyatanya memang tidak efektif. Ilmu yang didapatkan minim, karena niat saya buat rebahan semakin besar T_T. BTW di univ saya katanya bulan januari ini akan diberlakukan kuliah tatap muka juga begitu pun dengan sekolah-sekolahnya, namun masih tetap ada sistem rotasinya.
Karena anak saya masih TK jadi pelajaran masih nggak banyak kayak anak sekolah dasar. Untuk tugasnya diambilnya setiap hari Senin. selebihnya anak anak belajar dirumah, eh main ding haha..
rencana tahun depan sudah dimulai pembelajaran tatap muka, tapi masih belum ada respon positif dari wali murid
Toss, saya pun masih belum mengizinkan kalau ada kegiatan belajar tatap muka di sekolah. Karena kita tidak bisa mengawasi anak terus terusan…
Anak saya juga sekolahnya sudah masuk (TK) tapi saya masih belum ijinkan untuk gabung jadi ya saya ngajarin dia di rumah dngan minta panduan gurunya yang harus diplajari apa saja. Ngeri soalnya di sini zona merah
Betul.. sama nih, saya pribadi juga masih belum berani euy kalau pembelajaran tatap muka di sekolah ini benar-benar direalisasikan. Baru-baru ini di kabupaten sebelah, udah ada yang mencoba, eh belum seminggu, guru dan muridnya udah positif aja. Huhuhu
Kalau dikotaku, lebih tepatnya di sekolah suami. Rencana pembelajaran tatap muka akan melalui uji coba 3 hari sekali mas, tahun 2021 esok tapi di rolling per kelas, atau hanya utk anak kelas 4-6 aja, kalau ga salah gitu. Entah akan berlangsung konsisten atau akan kembali PJJ sepenuhnya kembali,
Walau ada yg pro dan kontra sih dg keputusan tatap muka ini dr orangtua.
Soalnya kalau dah masuk, anak kan nggak bisa dipantau gerak geriknya oleh orangtua ketika di sekolah. Guru pun tidak full mengawasi mereka,
Yah semoga kalau memang tatap muka, semua anak diberikan kesehatan dan dijauhkan dr covid ini